Jumat, 19 April 2013

WIRAUSAHA: SESUATU YANG MUTLAK Oleh: Ahmad Fadloli Mubarok*



       Semangat wirausaha (entrepreneur) merupakan modal penting bagi kemajuan sebuah bangsa untuk bisa mandiri. Hal itu juga sebagai titik awal bagi pertumbuhan perekonomian. Bangsa yang memiliki mindset wirausaha tinggi akan mampu membaca berbagai peluang dan menciptakan usaha bagi peningkatan ekonomi. Menurut laporan Menteri Perekonomian dan UKM, Syarif Hasan, saat ini Indonesia baru memiliki 1,56% pengusaha dari total penduduk yang ada. "Menurut teori, suatu negara dapat maju kalau minimal punya entrepreuner dua persen," katanya di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat 8 Juni 2012. Beliau juga menyampaikan bahwa persentase jumlah pengusaha terus meningkat setiap tahunnya. Namun, jumlah tersebut masih sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Amerika memiliki kurang lebih 12% wirausahawan, Jepang 10% dan Singapore 7%.

       Johny G Plate, seorang pengusaha asal Nusa Tenggara Timur (NTT) mengatakan bahwa kurangnya jumlah wirausaha kita karena kampanyenya kurang. Oleh karena pemerintah harus giat berkampanye soal ini dengan melibatkan banyak pihak. Ia juga menambahkan, dengan sumber daya alam Indonesia yang melimpah, dibutuhkan anak bangsa untuk mengelolanya. Dia prihatin dengan banyaknya pengusaha atau wirausaha di Indonesia adalah orang asing.  Sedangkan orang Indonesia sendiri kebanyakan menjadi karyawan. Sedangkan, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Raja Sapta Oktohari mengungkapkan masih banyak permasalahan klasik yang menjadi penghambat perkembangan dunia kewirausahaan. Salah satunya adalah akses permodalan yang sulit. 
       Mahasiswa sebagai generasi masa depan bangsa, menjadi tumpuan dan harapan guna merubah ke arah yang lebih baik. Untuk saat ini, sebagian lulusan sarjana Perguruan Tinggi lebih banyak terserap pada profesi sebagai KARYAWAN atau PEGAWAI NEGERI. Sementara sisanya kebanyakan belum memiliki pekerjaan alias PENGANGGURAN TERDIDIK. Tentu fenomena ini sangat memprihatinkan. Artinya, Perguruan Tinggi belum sepenuhnya berhasil mencetak kader-kader mandiri yang siap menjadi penggerak di masyarakat.
       
     Namun, tidak dapat dipungkiri jika ada sebagian pemuda yang bisa mendobrak itu semua. Usia muda tidak kalah dengan para “tetua” dalam bidang bisnis. Sebut saja REZA NURHILMAN dengan KERIPIK PEDAS MAICIH-nya. Dari bisnis makanan ringan ini, pemuda yang sering disapa ALX bisa meraup omset hingga 7 miliar setiap bulannya. Sungguh nilai yang “fantastic” bagi pria yang baru berusia 20 tahunan. Adalagi HAMZAH IZZULHAQ, pemuda usia 18 tahun ini sukses mengembangkan FRANCHISE BIMBEL dengan omset 360 juta/semester. Dari jumlah itu, ia bisa meraup keuntungan bersih (nett profit) sekitar 180 juta/semester. Dua contoh di atas menunjukkan bahwa bisnis lebih menguntungkan dibanding dengan pegawai atau karyawan. Asalkan dimanage dengan baik. 

So....silahkan tentukan pilihan kita masing-masing...!!! Ingin mengejar target KARYAWAN atau PEGAWAI NEGERI yang antriannya panjang, atau memulai usaha sendiri dengan profit yang besarnya dapat kita tentukan sendiri. Wirausahawan = Penghasilan Tak Terbatas.



 


_______________________
*- Kepala TU dan Pengajar SMK Smart Al-Muhsin Yogyakarta 
 - Pelaku Bisnis Pisang Aroma Khas Temanggung
 - Bendahara IPNU Kota Yogyakarta 2013-2015
 - Cp: 0857 2586 1128  FB: Fadel Fadloli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar